6. Bahasa Arab mengenal kata ganti yang lebih kompleks daripada bahasa Indonesia. Kata-kata seperti ،هن ،هما ،هم ،هي ،هو ،أنتن ، أنتم ،أنتما ، أنت ، نحن ،أنا tampaknya tidak menimbulkan masalah dalam penerjemahan. Namun, kata ganti dalam bahasa Arab yang membedakan antara kata ganti untuk genus maskulin dan feminism, menjadi masalah tersendiri pada saat menerjemahkan. Perbedaan seperti itu tidak terdapat dalam sistem bahasa Indonesia. Fenomena ini juga kadang-kadang menimbulkan kesuliatan bagi seorang penerjemah meskipun tidak begitu serius. Kesulitan akan timbul manakala seorang penerjemah harus menerjemahkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya. Masalah seperti ini juga akan timbul apabila seorang penerjemah harus menerjemahkan. Kata أنت dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, karena kata itu mempunyai padanan (equivalent) dengan engkau, kamu, anda, saudara, dan bapak (soemarno, 1988: 32), yang penerapannya ditinjau dari kepantasannya atau status sosial dari lawan bicaranya. Kata ganti نحن juga terkadang menimbulkan masalah, karena kata ini bisa bermakna ‘kami’ (eksklusif) dan kadang bisa bermakna ‘kita’ (inklusif), yang disesuaikan dengan konteks.
7. Persoalan konjungsi dalam teks Arab juga merupakan kesulitan tersendiri saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Konjungsi seperti و dan أو sering kali luput dari perhatian penerjemah pemula. Dua konjungsi itu lebih sering dipandankan dengan koma(,). Bahkan, tidak jarang konjungsi و tidak diterjemahkan bila berada di awal kalimat. Hal yang sama berlaku untuk kasus إنّ. Kasus seperti ini tidak ditemui di dalam bahasa Indonesia. Contoh kasus ini bisa dilihat pada pembahasan “Teknik Menerjemahkan Harf”.
8. Persoalan partikel juga menjadi hal yang menuntut kepekaan tersendiri bagi seorang penerjemah Arab-Indonesia. Partikel seperti مِن selain bermakna ‘dari’ , juga terkadang berfungsi sebagai penjelas (bayaniyyah). Dalam hal ini, partikel tersebut berpandanan zero (tidak diterjemahkan). Dalam kasus lain, مِن bermakna ‘salah satu’(tab’idh). Hal yang sama juga dialami oleh على yang selain mempunyai makna (di) atas, juga bermakna ‘meskipun’ dan betapapun’. Kasus seperti ini tidak ditemui dalam bahasa Indonesia. Contoh kasus ini bisa dilihat pada pembahasan “Teknik Menerjemahkan Harf”.
9. Masalah ketakrifan juga menjadi hal yang harus diperhatikan oleh penerjemah. Pemarkah dalam bahasa Arab adalah ال , sementara dalam bahasa Indonesia dimarkahi dengan ini dan itu. Pemarkah itu dipergunakan untuk mengacu ke nomina yang telah disebutkan sebelumnya, sementara pemarkah ini dipergunakan untuk mengacu ke nomina yang sedang dan akan dibicarakan. Hanya yang perlu diperhatikan, tidak semua kata dalam bahasa Arab yang dimarkahi dengan ال bisa diterjemahkan dengan ini dan itu. Karena, ada sebagian ال yang tidak perlu diterjemahkan dengan ini dan itu, seperti ال yang menyandangi nama diri, seperti المدينة yang cukup diterjemahkan dengan Madinah (bukan Madinah ini), atau البخاري yang cukup diterjemahkan dengan Al-Bukhari (bukan Bukhari ini).
10. Bahasa Arab mengenal bentuk dual (mutsanna) yang gramatikal (bukan leksikal) pada verba, sementara bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk dual seperti itu, seperti terlihat pada يكتبان. Ketika menerjemahkan teks Arab ke bahasa Indonesia, biasanya seorang penerjemah tidak mengalami kesulitan. Namun, masalah baru muncul bila ia menerjemahkan teks Indonesia ke Arab.
11. Bahasa Arab mengenal pronominal relatif (ism maushul) yang lebih komplek daripada bahasa Indonesia. Pronominal relative dalam bahasa Arab ada enam : اللذان، اللتان، الذين، اللاتي، الذي، التي،, sementara dalam bahasa Indonesia hanya yang. Ketika menerjemahkan teks Arab ke bahasa Indonesia, biasanya seorang penerjemah tidak mengalami kesulitan. Namun, masalah baru muncul bila ia menerjemahkan teks Indonesia ke Arab.
12. Bahasa Arab mengenal nomina demonstrative (ism al-isyarah) yang lebih komplek daripada bahasa Indonesia. Nomina relatif dalam bahasa Arab ada enam: هذه، ذلك، تلك، هذان، هاتان، هؤلاء، أولئك، هذا،, sementara dalam bahasa Indonesia hanya mengenal ini dan itu. Ketika menerjemahkan teks Arab ke bahasa Indonesia, biasanya seorang penerjemah tidak mengalami kesulitan. Namun, masalah baru muncul bila ia menerjemahkan teks Indonesia ke Arab.
13. Dalam bahasa Arab, bentuk komparatif berpola [أفعل + من] dan superlative (ism al-tafdhil) berpola الأفعل atau [ nomina jamak atau nomina kolektif + أفعل ]. Berbeda dengan pola superlatif dalam bahasa Indoensua yang ditandai dengan keberadaan kata paling atau morfem ter- di depan kata yang hendak disuperlatifkan. Sementara itu, bentuk komperatif dalam bahasa Indonesia ditandai dengan keberadaan kata lebih + dari di depan kata yang hendak dikomperatifkan. Bila tidak hati-hati, penerjemah akan mengalami permasalahan, meskipun tidak terlalu serius.
14. Keterangan (adverbial) dalam bahasa Arab, bisa berupa hal dan bisa juga berupa zharf. Yang membedakan adalah adverbial dalam bahasa Arab merupakan perluasan unsur kalimat, yang dalam hal ini unsur kalimat itu harus verba. Sementara itu, adverbial dalam bahasa Indonesia bisa menjadi perluasan unsur kalimat baik itu verba mauoun nomina, bahkan adjektiva. Ketika menerjemahkan teks Arab ke bahasa Indonesia biasanya penerjemah tidak mengalami kesulitan. Namun, masalah baru muncul bila ia menerjemahkan teks Indonesia ke Arab.
(dikutip dari buku cara mudah menterjemahkan arab - indonesia, karya Moch. Syarif hidayatullah.hal 23-26)