Perbedaaan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia

Perbedaaan Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia


Ada beberapa perbedaan antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang penting diperhatikan seorang penerjemah, agar kerja kepenerjemahannya tidak hambar. Berikut beberapa karakteristik bahasa Arab menurut Mu’min (tt: 11-18), kamalie dalam Hidayatullah (2007:7), dan Burdah (2004: 112-137) yang harus diperhatikan :
1. Bahasa Arab mengenal genus, baik dalam verba maupun dalam nomina, bahkan pronomina. Hal lain yang juga perlu diperhatikan pada pesoalan genus ini adalah kesesuaian antara genus verba, nomina dan pronomina pada saat sudah dalam bentuk kontriksi frasa atau klausa, Contoh :
أسلمت الانجليز ية
Wanita inggris itu memeluk agama islam

Bahasa Indonesia tidak mengenal genus. Perbedaan ini tidak menyebabkan penerjemah mengalami kesulitan saat menerjemahkan dari teks Arab ke Indonesia. Namun, kesulitan baru muncul ketika penerjemah berhadapan dengan teks bahasa Indonesia yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ia harus ekstra hati-hati dalam pengalihannya.

2. Pola dasar kalimat Bahasa Arab adalah P(V) + S(N), Seperti:
ذهب زيد إلى الجامعة
Zaid pergi ke kampus

Kalimat ذهب زيد إلى الجامعة adalah kalimat berita. Jika nomina (subjek) didahulukan, maka kalimat ini bertujuan untuk memberikan penekanan bahwa Zaidlah yang pergi ke sekolah, dan bukannya orang lain (lihat Khursyd 1985: 44). Ini berbeda dengan bahasa Indonesia yang mempunyai pola dasar kalimat S (N) + P (N/V).
3. Objek verba dapat diselangi unsur lain seperti :

وأثار رفض الرنيس اختصار جولته الخارجية أثناء حوادث عنف اوقعت 500 قتيل انتقادات حادة
Penolakan Presiden untuk mempersingkat lawatannya ke luar negeri di tengah-tengah terjadinya tindak kekerasan yang menelan 500 korban, menimbulkan kritik pedas.
Objek dari verba أثار adalah انتقادات yang lokasinya dipisahkan oleh beberapa kata yang lain. Dan, hal seperti ini tidak dapat berlaku dalam bahasa Indonesia.
4. Sering kali partikel dalam bahasa Arab merupakan bagian dari idiom verba berproposisi yang menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses penerjemahan, seperti :

رغب الرجل عن الصغائر فضلا عن الكبائر
Lelaki itu tidak menyukai dosa kecil, apalagi dosa besar
Preposisi عن merupakan bagian tak terpisahkan dari verba رغب , sehingga membetuk makna ‘tidak menyukai’.
5. Verba majhul (berdiatesis pasif) dalam bahasa Arab digunakan jika subjeknya sudah diketahui sehingga tidak umum memunculkan subjek (‘Inaniy 1996:67). Karena dalam bahasa Arab hanya ada kontruksi seperti berikut :
ويواجه رئيس الحمهورية الذي انتخب في العام الما ضي ضغوطا متزايدة
Presiden yang terpilih tahun lalu mendapat tekanan terus menerus
Dalam bahasa Indonesia kita dapat mengatakan “Presiden dipilih oleh anggota DPR sebagai Presiden” sebagai kalimat pasif yang bila diterjemahkan kedalam bahasa Arab akan berubah menjadi kalimat aktif :
انتخب أعضاء مجلس النواب الرجل رئيسا
atau
الرجل انتخبه أعضاء مجلس النواب رئيسا
Dalam kedua kalimat di atas verba انتخب muncul dalam bentuk ma’lum (berdiatesis aktif).
6. Bahasa Arab mengenal kata ganti yang lebih kompleks daripada bahasa Indonesia. Kata-kata seperti ،هن ،هما ،هم ،هي ،هو ،أنتن ، أنتم ،أنتما ، أنت ، نحن ،أنا tampaknya tidak menimbulkan masalah dalam penerjemahan. Namun, kata ganti dalam bahasa Arab yang membedakan antara kata ganti untuk genus maskulin dan feminism, menjadi masalah tersendiri pada saat menerjemahkan. Perbedaan seperti itu tidak terdapat dalam sistem bahasa Indonesia. Fenomena ini juga kadang-kadang menimbulkan kesuliatan bagi seorang penerjemah meskipun tidak begitu serius. Kesulitan akan timbul manakala seorang penerjemah harus menerjemahkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dan begitu pula sebaliknya. Masalah seperti ini juga akan timbul apabila seorang penerjemah harus menerjemahkan. Kata أنت dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, karena kata itu mempunyai padanan (equivalent) dengan engkau, kamu, anda, saudara, dan bapak (soemarno, 1988: 32), yang penerapannya ditinjau dari kepantasannya atau status sosial dari lawan bicaranya. Kata ganti نحن juga terkadang menimbulkan masalah, karena kata ini bisa bermakna ‘kami’ (eksklusif) dan kadang bisa bermakna ‘kita’ (inklusif), yang disesuaikan dengan konteks.

bersambung (klik untuk baca lanjutannya)